Bismillahirrahmanirrahim. Saya
Salma Sundari, anak ke 3 dari 3 bersaudara. Saya lahir di Depok, 02 Maret 1999.
Saya merupakan anak bongtot atau anak yang paling kecil oleh karenanya sayalah yang
masih tinggal satu atap dengan orang tua saya karena ke 2 kaka saya sudah berkeluarga
dan sudah memiliki rumah sendiri. Saya adalah anak satu-satunya yang berkuliah
mengambil S1 dan itu merupakan suatu amanah dari Allah, keluarga, bahkan kaka-kaka
saya. Setelah mendengar pengumuman bahwa saya lolos masuk Universitas Indonesia
dengan jalur undangan/SNMPTN, mereka sangat bangga dan bersyukur terlebih lagi kedua kaka saya
karena mereka juga dahulu berkuliah di UI namun hanya D3 oleh karenanya mereka berpesan
kepada saya, waktu itu mereka berkata seperti ini “Dek, kamu hebat bisa ambil
S1 di UI. Ini kesempatan besar dari Allah buat kamu bikin mamah sama papah
bangga dan menaikkan derajat mereka. Tapi kaka dan teteh pesan jangan hanya
urusan dunia yang dikejar tapi akhiratnya juga.” Saya sangat mengingat
kata-kata itu, orang tua saya pun banyak menitipkan pesan yang akhirnya itulah
motivasi utama saya berusaha menjadi yang terbaik dan survive di UI khususnya di jurusan saya (Gizi) yang terbilang tidak
mudah berada di dalamnya. Saya merupakan mahasiswa Universitas Indonesia,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurusan Gizi tahun 2017 yang mana saat ini sedang
berada di semester ke 4 tahun ke 2. Menjadi anak satu-satunya yang masih terus
belajar di kampus menjadi beban tersendiri yang harus saya jalankan, tapi saya
yakin beban ini tidak akan menjadi sulit apabila saya melakukan yang terbaik
untuk keluarga saya dengan belajar yang rajin dan tekun, berbuat baik kepada
semua orang (khususnya orang tua dan keluarga), mengimplementasikan ilmu yang
sudah saya pelajari di kampus dan hal-hal baik lainnya. Namun beban ini juga
bisa menjadi buruk, karena ayah saya merupakan pensiunan dan ibu saya hanya ibu
rumah tangga, jika saya tidak belajar dengan baik saya merasa saya hanya akan
membuat mereka susah karena tentunya biaya perkuliahan tidaklah sedikit, banyak
sekali yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan saya selama kuliah. Untuk
itu saya ingin mengusahakan yang terbaik untuk saya dan keluarga saya dengan mengikuti
program Beasiswa Bazma Pertamina ini saya merasa bisa mendapatkan kemudahan
terkait pemenuhan biaya perkuliahan dan pemenuhan kebutuhan ilmu terkait dengan
pengembangan softskill saya.
Terkait dengan
apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia memanglah tidak banyak namun saya
lebih suka menyebutnya “belum” karena saya yakin soon, saya akan berbuat sesuatu untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sejauh
ini yang sudah saya lakukan adalah menerapkan ilmu yang saya miliki dan yang saya
pelajari selama ini pada kehidupan saya sehari-hari dan ikut terlibat dalam
upaya kegiatan-kegiatan yang berupa penanaman ilmu-ilmu kepada orang yang
membutuhkan, saya pernah menjadi volunteer
di acara Envihsa Care yang fokusnya memberikan edukasi mengenai Perubahan Iklim
kepada anak-anak SD dari kelas 2-6 di SDN Mekarjaya 29 Depok dan juga pernah menjadi local volunteer in the Hometown
Project in Depok School Roadshow yang diselenggarakan oleh AIESEC
IPB berkerja sama dengan Aqua.
Terkait apa yang sedang dan akan saya lakukan untuk
Indonesia yaitu saya sedang menekuni ilmu gizi supaya saya bisa menjadi
konsultan gizi masyarakat nantinya, karena salah satu permasalahan yang saya
resahkan di Indonesia yaitu masalah pendidikan dan anak-anak. Saya merasa dan dibenarkan
dengan membaca berita bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah hal
itu dilihat dari masih terdapat 11 provinsi yang memiliki angka buta huruf di
atas angka nasional yang dikemukakan oleh Kemendikbud Indonesia pada Desember
2018 di lamannya. Menurut saya, permasalahan utama terkait pendidikan ini adalah
nutrisi yang tidak tercukupi untuk anak-anak tersebut, oleh karenanya itu
menjadi fokus saya untuk meningkatkan kesehatan anak Indonesia dan tentunya
orang Indonesia dari segi gizi. Namun saya juga menyadari permasalahan lain
yaitu terkait ekonomi yang mungkin membuat mereka menjadi kesulitan mengakses
makanan tinggi zat gizi, untuk itu saya akan hadir untuk membantu rakyat Indonesia
menciptakan solusi terbaik permasalahan gizi dengan biaya yang relatif murah
bahkan tidak usah bayar untuk orang-orang yang memang memiliki ekonomi dibawah.
Selain menjadi konsultan gizi masyarakat, saya juga berkeinginan memiliki
sebuah klinik gizi dan menjadi seorang entrepreneur gizi di bidang makanan, karena
di jurusan gizi saya belajar mengolah makanan dengan baik untuk itu saya ingin
mengembangkan juga skill saya dalam
berwirausaha melalui ilmu yang saya tekuni yaitu ilmu gizi.
Komentar
Posting Komentar